Jumat, 29 Juni 2012

Yang negatif dari sekolah RSBI


Pengertian dan Latar Belakang RSBI:
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau disingkat RSBI, adalah suatu program pendidikan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3, yang menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional merupakan upaya pemerintah untuk menciptakan sekolah yang berkualitas. Peningkatan kualitas ini diharapkan akan mengurangi jumlah siswa yang bersekolah di luar negeri.

Berikut beberapa hal yang saya ketahui mengenai program (RSBI) tersebut.
1. Pemerintah, melalui direktorat pendidikan nasional hanya menjalankan apa yang sudah ditetapkan oleh Undang-Undang tanpa melihat kesiapan lapangan. Dalam Undang-Undang ada ketentuan bahwa setiap kota dan kabupaten harus memiliki (minimal) satu sekolah Berstandar Internasional dalam setiap jenjang pendidikan. Sehingga kesannya dipaksakan agar sekolah RSBI segera berdiri.
2. Dalam praktik di lapangan, pemerintah/diknas mayoritas hanya menilih sekolah negeri yang didahulukan, meski secara umum belum siap dan mampu untuk menjalankan program tersebut.
3.  Adanya kesalahan dalam pemanfaatan keuangan yang dihimpun dari masyarakat dalam hal ini orang tua siswa. Seperti pemberian uang transport kepada kepala sekolah dan guru, yang notebene mereka adalah pegawai negeri yang telah menerima gaji dan tunjangan dari pemerintah. Dalam laporan keuangan, ada kecenderungan untuk ‘menghabiskan uang’. Terkadang uang habis namun tidak sejalan dengan program, sehingga akan mengalami kebigungan dalam membuat laporan.

Dampak negatif adanya sekolah RSBI adalah:
1.   1.Tergerusnya rasa nasionalisme
Keharusan menggunakan bilingual –bahasa Indonesia dan Inggris- dalam proses belajar mengajar di sekolah RSBI secara tidak langsung telah menggerus rasa nasionalisme. Dengan adanya bilingual dalam proses belajar mengajar di sekolah RSBI mengakibatkan berkurangnya penggunaan bahasa Indonesia.
2.   2. Semakin hilangnya penggunaan bahasa daerah setempat
Jelas, bahwa bahasa daerah akan semakin ditinggalkan karena semakin intensifnya penggunaan bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar.
3.   3. Menipisnya harapan bagi kalangan menengah ke bawah untuk mendapatkan sekolah berkualitas.
Dengan tingginya standart suatu sekolah agar menjadi sekolah RSBI maka dibutuhkan biaya yang besar pula. Tambahan biaya tersebut didapatkan dari sumbangan masyarakat, maka jelaslah bagi mereka yang orang tuanya termsuk kalangan menengah kebawah bersiap-siaplah untuk gigit jari agar bisa masuk sekolah RSBI.

2 komentar:

gunsa1949 mengatakan...

Kami gunsa1949@gmail.com telah menciptakan HIGHSPEED LEARNING TEACHING yang membuat Sekolah Internasional menjadi murah, mudah dan cepat dengan English Speaking Community atau Komunitas berbahasa Inggris dalam jairingan sekolah juara atau Champion School Network. Bisa diduplikasi da disebar luaskan dengan 20 jam pelatihan dan 1 bulan supervisi.

gunsa1949 mengatakan...

Kelemahan RSBI tidak punya sistem dan tujuannya hanya untuk Passsing Grade UNAS. Tidak mampu membangun komnitas berbahasa Inggris dengan cepat. Mahal pada Hardwarenya saja, Sistem HIGHSPEED LEARNING TEACHING dapat dilakukan tanpa kelas, bahkan diteras rumah atau di Mushola. Tujua akhirnya untuk menghasilkan SDM kualitas Pemimpin Profesional dan Entreprenuer.

Posting Komentar